Benci, Mengapa tiba-tiba kita merasa benci? Benci akan suatu
hal atau benci terhadap seseorang. Kenapa rasa benci itu bisa muncul? Menurut
Wikipedia, Kebencian merupakan emosi yang
sangat kuat dan melambangkan ketidaksukaan, permusuhan, atau antipati untuk
seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal ini juga merupakan sebuah
keinginan untuk menghindari, menghancurkan atau menghilangkan. Kadangkala kebencian dideskripsikan sebagai
lawan daripada cinta atau persahabatan; tetapi banyak orang yang menganggap
bahwa lawan daripada cinta adalah ketidakpedulian.
Rasa benci itu muncul pasti ada penyebabnya, tidak mungkin
tanpa suatu sebab rasa benci itu datang dengan sendirinya. Bisa karena kita
merasa dikecewakan, marah, kesel, murka, dan akhirnya berujung pada kebencian.
Rasa benci yang tak termaafkan itu bisa-bisa berakibat pada rasa dendam yang
tak terkendali. Bila perasaan dendam yang tidak terkendali itu dimanfaatkan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, bisa-bisa memuncukan konflik
yang dahsyat dan dapat berdampak buruk bagi orang lain yang ada di sekitarnya.
Peristiwa yang terjadi baru-baru ini di Perancis, juga
merupakan dampak dari sikap benci yang tidak terkendali, tanpa alasan yang
jelas orang yang tidak bertanggung jawab tersebut sengaja melakukan bom bunuh
diri dan akhirnya memakan korban warga sipil yang mungkin tidak tahu apa-apa.
Jika perasaan benci ini tidak segera kita hilangkan akan ada lagi kejadian
seperti yang sudah-sudah terjadi. Dan akan ada lagi korban yang sebenarnya
mereka tidak tahu tentang permasalahan yamg terjadi.
Sebenarnya ada banyak permasalahan yang di akibatkan karena
kebencian. Sepertinya rasa benci itu sangatlah mudah timbul, apalagi dengan
adanya provokasi. Kejadian di Tolikara, Papua adalah salah satu contoh kejadian
yang mempermainkan kebencian. Menurut penduduk yang tinggal disana, keadaan
disana selama ini baik-baik saja, penduduk dengan beraneka ragam suku, agama,
dan budaya dapat hidup saling berdampingan. Tetapi ada beberapa oknum yang
mungkin dengan sengaja mengusik kedamaian disana. Agama, adalah sasaran mudah
para oknum untuk mempermainkan kerusuhan dengan membumbuinya dengan rasa benci.
Kejadian bermula dari adanya surat Badan Pekerja Wilayah
Tolikara Gereja Injili di Indonesia (GIDI). Surat itu berisi larangan bagi umat
Muslim untuk mengadakan sholat Idul Fitri di Tolikara, dikarenakan akan
diselenggarakan seminar dan KKR Pemuda GIDI Internasional. Surat permohonan
tersebut di sampaikan kepada Kapolres Tolikara, dan ‘mengkroscekkan’ dengan
pihak GIDI. Dan ternyata ketua GIDI menolak surat tersebut, dengan kata lain
surat yang dibuat tadi tidak resmi. Panitia penyelenggara seminar pun sudah
mengetahui perihal penolakan surat tadi, dan memperbolehkan umat Muslim untuk
tetap menjalankan sholat Ied. Tetapi masa yang kelihatannya sangat terorganisir
tidak dapat terbendung, mereka tetap mengusir, melempari dan membakar rumah
ibadah. Aparat keamanan sempat memberi peringatan untuk menghentikan kerusuhan,
tetapi mereka justru semakin beringas. Setelah jatuh beberapa korban, masa tadi
membubarkan diri tetapi mereka juga sempat membakar kios-kios di dekat tempat kejadian.
Rasa benci ternyata sangatlah mudah di provokatori, yang
sebenarnya hanya kesalahpahaman yang bisa terselesaikan dengan musyawarah
tetapi dengan bumbu benci sangatlah mudah menjadi kerusuhan. Akhirnya beberapa
perwakilan tokoh agam Muslim dan Nasrani membuat kesepakatan perdamaian, mereka
saling memaafkan satu sama lain. Mereka juga menyampaikan duka bagi keluarga
korban, membangun kembali rumah ibadah yang rusak dan menjaga, menghormati
kebebasan menjalankan ibadah. Mereka juga ingin mengembalikan Tolikara yang
dulu damai dan hidup berdampingan dengan tentram. Ini adalah salah satu contoh
dimana kebencian dapat diprovokatori.
Terkadang timbul dalam benak kita, bagaimana menghilangkan
rasa benci yang sudah teramat dalam? Hanya pribadi diri kitalah yang bisa
mengendalikan dan menghapus rasa benci itu, karena senang, sedih, gembira,
kecewa, iri, mencintai, menangis, semuanya itu hanya pribadi diri kita yang
mengatur. Kebencian yang terlalu lama terpatri dalam pikiran kita pun dapat
membuat semangat hidup kita menurun dan membuat kita tidak dapat berpikir
dengan akal sehat. Apakah kita ingin menanamkan sikap benci terus menerus di
dalam akal budi kita atau menghadirkan kasih dan cinta serta kedamaian dalam
hati kita?
Marilah kita banyak berbuat kebaikan dengan menghadirkan
selalu cinta dan kasih serta membuang jauh rasa benci.
Sumber : Kerusuhan
Tolikara – lipsus.kompas.com
Penulis : Natalia Anindiya P.W.
Dosen : G. Daru Wijiyoko